Sekumpulan bahasa pribadi.

Lalu bahasa hanyalah sekedar perantara.
Hati adalah sumber dari segalanya.
Tidak perlu dipahami, tapi butuh dirasakan.

Tuesday 2 November 2010

Kosong



Wanita itu menaruh tasnya di sebelah tempat dia duduk. Berbagai kata-kata seperti sudah siap dikeluarkannya hari ini. Laki-laki itu harus mendengarnya sekarang.

"Kamu pernah merasa kosong? Itu yang saya rasakan ketika benar-benar menyadari hubungan kita sudah berakhir. Tidak ada lagi perasaan sakit hati, tidak ada perasaan lega juga. Saya tidak tau apa yang sebenarnya berdiam di otak saya. Rasanya hampa. Rasanya… tidak ada apa-apa lagi.

Saya memang mengenal kamu dua tahun lalu. Diam-diam saya memang sering jatuh cinta pada kamu tapi tidak pernah benar-benar mendalami perasaan ini. Beberapa bulan lalu, rasanya saya jatuh cinta sangat keras, hingga akhirnya saya sadar bahwa saya hanya ingin bersama kamu. Dan, tanpa mempedulikan segala logika yang ada, saya bersedia menjadikan kamu dunia saya. Asal kamu tau saja, saya tidak pernah sebuta itu.

Kamu juga bukan laki-laki setipe Romeo. Tidak ada kata-kata manis atau puitis. Tidak pernah ada kejutan atau selipan hadiah.
Mungkinkah kamu sengaja melakukannya? Karna kamu sudah menebak apa yang akan terjadi? Kamu memang tidak mau lama-lama bersama saya?

Wanita itu mengeluarkan kalung berbandul kupu-kupu yang begitu cantik. Permatanya bersinar terkenar matahari.

Tahun lalu, kamu pernah memberikan saya kalung ini. Satu-satunya hadiah nyata dari kamu, sisanya hanya kenangan. Kenangan buruk kebanyakan. Apa kamu memang tidak ingin saya sejatuh cinta itu sama kamu?
Tentu saja saya tidak kaget jika saat kehilangan kamu, saya hanya merasa kosong, bukan sakit. Tidak ada yang perlu dipertahankan, tidak ada yang perlu diperjuangkan. Hubungan kita memang sudah terlalu berantakan.
Saya yang berantakan. Toh sekarang kamu malah bisa santai tidur-tiduran di sini.
Jangan-jangan selama ini saya jatuh cinta sendirian?

Saya sirik sama kamu yang bisa baik-baik aja. Kamu egois. Apa salah saya sebenarnya?"

Keheningan mengisi ruang kosong di sela segala kelelahan itu. Wanita itu bicara lagi, kali ini sedikit emosi.

 "Tolong jawab saya!"

Namun, masih belum ada jawaban.

Wanita itu menghela nafasnya pelan. Dia benar-benar lelah harus menahan perasaannya. Dia tau laki-laki itu bahkan sudah tidak peduli lagi, tapi wanita itu tetap datang. Dia mengubah posisi duduknya, tajam rumput membuatnya sulit mencari posisi yang nyaman. Masih tetap memandangi arah yang sama dan masih tidak ada jawaban atas pertanyaannya. Tentu saja. Laki-laki itu benar-benar tidak punya hati. 

Dia membuka mulut lagi,
"Kali ini, saya mengembalikan kalung kamu. Saya marah sama kamu bukan karna kamu membuat saya merasa sakit. Tapi karna kamu membuat saya merasa kosong. Karna kamu mengambil sebagian besar dari saya dan kamu bawa itu saat meninggalkan saya. Kamu sadar tidak? Sekarang kamu cuma bisa diam saja! Ya, wajar, kamu memang tidak suka bicara. Selalu saya yang harus mencari bahan pembicaraan bukan? Seperti tugas saja."

Wanita itu mulai menyerah. Tidak ada gunanya juga dia berkata panjang lebar tentang perasaannya. Laki-laki itu tidak mendengarkannya. Matahari pagi ini bersinar begitu bersahabat. Udaranya sangat nyaman, membuat wanita itu juga ingin tidur di rerumputan ini. Sejenak dia singkirkan segala amarahnya.

"Baiklah, saya juga mau tidur-tiduran di sini. Saya boleh tidur sebentar? Jaga saya sebentar ya. Kamu penjaga yang hebat kan? Benar-benar sebentar saja, terakhir kalinya. Nanti kita baru benar-benar berpisah setelah ini. Saya janji saya tidak akan datang lagi ke sini, mengganggu kamu beristirahat."

Ucap wanita itu lagi sambil menutup matanya. Setelah beberapa saat, dia dapat merasakan rambutnya dibelai. Belaian dari tangan hangat besar yang selalu dia dambakan. Dia tetap menutup matanya.

"Saya memang membiarkan kamu jatuh cinta sendirian, karna saya harus selalu siap untuk menangkap kamu saat kamu jatuh. Semua yang saya inginkan hanya menjaga kamu. Saya tidak perlu jatuh untuk mencintai kamu.

Saya ingat semua kenangan kita. Setiap saat, tidak ada yang terlewati, bahkan mungkin saja saya lebih ingat itu daripada kamu. Kenapa kamu hanya ingat kenangan buruk kita? Kamu selalu memandang saya sebagai laki-laki yang tidak punya hati. Saya minta maaf jika terlihat seperti itu. Tugas utama saya adalah menjaga kamu, tidak perlu kata-kata manis atau kejutan atau hadiah apapun untuk membuktikan seberapa besarnya saya mencintai kamu. Semua itu klise, saya rasa yang paling kita butuhkan adalah keberadaan.

Bersama kamu, saya sangat bahagia. Saya memang tidak bisa menunjukkannya langsung, saya terlalu kaku untuk itu. Tapi tidak sadarkah kamu setiap saya menahan kamu pergi dari saya, itu adalah ungkapan bahwa saya membutuhkan kamu? Tidak sadarkah kamu, saya begitu menikmati saat-saat kita berdua hingga saya selalu ingin bertemu kamu, tidak peduli itu bahkan tengah malam atau menjelang pagi? Saya selalu cinta kamu. Walaupun caranya mungkin berbeda dengan cara kamu mencintai saya. Tapi sayang, kita tidak bisa bersama lagi. Tolong jangan merasa kosong, jangan menengok ke belakang lagi, dan ya, jangan kembali lagi ke saya.. Mungkin terus kembali ke sini bukan pilihan yang tepat. Kamu harus mencari seseorang yang bisa membuat kamu merasa berarti.

Jangan tertidur di sini lagi. Saya juga tidak bisa jaga kamu terus, saya harus pergi sekarang."

Suara familiar yang dirindukan wanita itu berbicara lembut di telinganya,

"Saya cinta kamu. I never once stopped, but you have to leave"

Kemudian sebuah ciuman mendarat manis di keningnya, dan perlahan, belaian tangannya menghilang. Wanita itu akhirnya meneteskan air mata pertamanya. Menyadari bahwa dia sudah ditinggal sendirian sekarang. Dengan berat, dia membuka matanya lalu memandang nama yang terukir di depannya.
Diikuti dengan tetesan air mata lainnya, wanita itu menaruh kalung yang digenggamnya sejak tadi di sebelah nama laki-laki yang paling dicintainya itu.

"Terima kasih mau bicara pada saya. Saya akhirnya bisa merasakan sakitnya, 

.... ternyata saya masih punya perasaan. Saya juga cinta kamu, senang-senang ya di sana."