Secara teori, memang benar bahwa otak adalah pusat dari individu untuk hidup.
Namun, saya rupanya lebih percaya bahwa pusat kehidupan manusia adalah hati.
Tapi mungkin itu hanya beda persepsi?
Mungkin kita harus mengawali dengan mengenal definisi kehidupan itu sendiri.
Hidup itu...,
Bukan hanya sebatas raga yang bernafas atau jemari yang bergerak.
Hidup itu bukan hanya sekedar darah yang mengalir atau suhu tubuh yang masih hangat.
Hidup itu...,
Bukan hanya sebatas raga yang bernafas atau jemari yang bergerak.
Hidup itu bukan hanya sekedar darah yang mengalir atau suhu tubuh yang masih hangat.
Hidup itu punya hati yang sehat.
Hati yang sehat itu hati yang bisa merasakan.
Hati yang bisa menyalurkan segala emosi ke otak hingga bisa dikenali oleh pemilik raga.
Bisa diekspresikan atau diutarakan. Tidak peduli sebarapa pun kecil kuantitas maupun kualitasnya.
Bukan hati yang mati, lalu raga berjalan seperti makhluk bermesin.
Hal abstrak seperti perasaan tidak lagi diprogram dalam tombol kontrol.
Saat yang ada hanya kehampaan, singkatnya, kita pun mati rasa.
Lalu apa itu kehidupan saat kehidupan tidak lagi sesuai definisi?
*
Hati yang hancur tidak pernah dianggap fatal.
Manusia hanya menyadari hidup dari organ dibalik kulit dan daging.
Namun, jauh di dalam itu,
Hati rupanya salah satu benda paling vital.
Saat benda itu tidak lagi berfungsi, bagaimana caranya untuk bisa kembali merasakan?
No comments:
Post a Comment